Pages

Friday, 6 May 2011

Ekspedisi Merbabu Part 1: Final Check Pendakian Merbabu


Sebenarnya postingan ini sudah saya tulis sejak hari Jumat, tapi finishingnya memerlukan waktu yang cukup lama. Saya memutuskan membaginya menjadi 3 bagian, yaitu, pra-pendakian, pendakian dan pasca pendakian. Di Part 1 ini, saya akan menceritakan kejadian yang terjadi seputar pra-pendakian.

(Dari kanan ke kiri: Malik, saya, Dintan, Lea, Klepon, Frankenstein (pake jaket kuning, gampang banget dikenali hihihi...^_^), Novia, Bobby, Fajrin dan Azis. Berfoto di depan pintu masuk utara Gelanggang Mahasiswa UGM. Tanggal 07 Mei 2011 Pukul 1127 WIB.)

Hari ini (Jumat) saya mulai packing barang-barang dan perlengkapan yang wajib dibawa dan seharusnya dibawa saat pendakian nanti (pendakian merujuk pada aktivitas naik dan turun gunung). Ini adalah pendakian perdana saya, jadi saya ingin semuanya beres dan tidak merepotkan orang lain.

Menurut versi Bobby, yang sudah makan asam garam pendakian gunung, perlengkapan yang wajib dibawa antara lain:
1. Ponco (jas hujan yang model kelelawar ataupun yang model two-piece
2. Sepatu lapangan dan kaos kaki. Sangat tidak dianjurkan memakai sandal gunung apalagi sandal selop atau cepit. Sepatu lapangan sebaiknya yang masih baik, tidak bolong-bolong dan ukurannya pas di kaki. Sandal gunung sebaiknya tidak digunakan karena akan membuat kaki sakit tercepit bebatuan dan lecet karena gesekan dengan batu-batu kecil.
3. Senter dan baterai cadangan. Senter diperlukan selain untuk menerangi perjalanan juga dapat digunakan untuk tanda minta pertolongan.
4. Pakaian ganti. Udara di gunung relatif cepat berubah dan tidak dapat diprediksi, detik pertama terang, detik kedua sudah mendung dan detik ketiga bisa jadi hujan badai. Untuk mengantisipasi hipotermia dan ketidaknyamanan karena basah, satu set pakaian ganti mutlak diperlukan.
5. Makanan. Percayalah, makanan merupakan barang primer yang tidak boleh ditangguhkan bagaimanapun bentuk makanannya. Mulai dari kripik-kripik yang bunyinya meriah, sampai roti gandum yang tanpa rasa. Mulai dari makanan siap saji seperti cracker, sampai tepung terigu yang harus dicampur ini-itu untuk menjadi pancake sederhana. Yeah! Semua makanan terasa enak kalau kita berada di atas gunung!
6. Air mineral sekitar 3 liter. Air menyumbang beban yang cukup dominan di carrier kita. Massa jenis air sekitar 1 gram/cm kubik, atau 1000 kg/m kubik. Ini artinya, 1000 ml air sama dengan 1 kg air. Yeah! Karena masing-masing pendaki harus membawa minimal 3 liter air, jadi secara otomatis, beban 3 kg sudah menjadi kewajiban untuk dpikul.
7. Sleeping bag (SB). No kidding! Kantong tidur ini membuat kita seperti kepompong ulat. Pilih SB sebaiknya yang tebal. Cuaca yang sangat dingin dan terpaan angin malam tidak mampu ditahan oleh tenda dome saja.
8. Selendang atau syal. Hidung dan telinga lebih sensitif di daerah pengunungan. Syal atau selendang membantu melindunginya.
9. Sarung tangan. Selain untuk melindungi dari udara dingin, sarung tangan ternyata berguna juga untuk proses mendaki dan turun gunung. Batu-batu yang tajam dan duri-duri tanaman kadang bisa mengiris tangan tanpa disengaja.
10. Sandal. Mau ambil air wudhu, pipis di tangah malam, jalan-jalan bentar untuk sekedar stargazing? Sandal dapat mengakomodasi kita. Daripada memakai sepatu yang ribet, musti ikat sana, ikat sini, mending pakai sandal.
11. Jaket. Inevitable item! Wajib dibawa. Saya dipinjami jaket bulu angsanya Frankenstein. Hangat sekali!
12. Lilin dan korek. Sebenarnya, kalau sudah ada senter, lilin tidak diperlukan. Kalo korek api? Bobby dan Azis pasti bawa. Soalnya keduanya perokok.
13. Matras. Alas tenda dome sebenarnya sudah cukup sebelum SB digelar, tetapi ada baiknya dialasi matras dulu supaya kalor dari dan ke tanah tidak langsung bersentuhan dengan tubuh kita. Isolasi kalor menurut saya adalah salah satu faktor yang paling penting jika sedang mendaki gunung.
14. Alat makan. Minimal sendok dan piring. Kalau nesting, pisau lipat dan kompor lapangan plus tabung gas mini itu bisa menjadi perlengkapan tim. Tapi, Frankenstein adalah orang yang considerate, sehingga ia memutuskan untuk membawa nesting, kompor lapangan, pisau lipat dan tabung gas sendiri.

Selain perlengkapan pribadi di atas, perlengkapan tim juga perlu disediakan, meliputi:
1. Sekali lagi peralatan makan (nesting, pisau lipat, kompor lapangan, tabung gas mini).
2. Tenda kapasitas 4 orang (berhubung kami bersebelas, jadi tenda yang dibawa berjumlah 3 buah).
3. Rescue kit. Tentu saja obat-obat darurat mutlak diperlukan saat kondisi pendakian. Tabung oksigen juga sebaiknya dibawa untuk antisipasi kalau ada yang memerlukannya.
4. Ransum makanan. Saya bertanggung jawab terhadap ransum makanan. Berdasarkan menu yang disusun, makanan yang akan dibuat adalah nasi goreng dan pancake. Jadi bahan makanan yang dibawa meliputi: gandum, nasi (beli di basecamp), gula pasir, telur, baking soda, vanili, susu cair, mie instan, bumbu dapur (bawang merah, bawang putih, merica, cabai, masako, kecap, saus, garam), selai, sosis, minyak goreng atau margarin, sayur-sayuran (wortel atau sawi). Saya juga membawa suthil dan wajan saya, yang langsung diturunkan kembali oleh Bobby. "Nggak usah bawa wajan, Nyah! Udah ada nesting", tukasnya.

Nah, itulah berbagai peralatan minimal yang sebaiknya dipersiapkan oleh para climber sebelum pendakian. Lain lagi cerita saya, saya "memaksa" untuk membawa toileteries (termasuk sabun mandi, sabun cuci muka, pasta gigi, sikat gigi, tisu basah, handuk dan krim sunblock) yang langsung mendapat guyuran tawa oleh pada pendaki yang lain. Biarin! Saya pikir saya tidak akan tahan kalau tidak cuci muka ataupun gosok gigi nantinya.

Eia, Frankenstein juga berinisiatif membawa bendera Ukesma dan UGM. Kami bermaksud berfoto dengan bendera itu saat di puncak nantinya. Yeah! Btw, si Malik salah bawa bendera (sebenarnya tidak salah juga siy), dy bawa bendera Unit PPPK (itw nama lama Ukesma). Hehe.

Tak henti-hentinya saya menulis bahwa ini akan menjadi pendakian perdana kami (Frankenstein dan saya), jadi kami iseng-iseng mencari keterangan tentang bagaimana mem-packing barang-barang bawaan kami. Ternyata packing barang ke dalam carrier itu tidak boleh asal dan ada tekniknya. Kalau mem-packing asal, pundak dan tulang belakang menjadi korbannya. Dan setelah packing yang bikin keringatan karena keseringan bongkar-pasang, dua tas carrier 90 liter (no kidding) telah menunggu untuk digendong di punggung. Malam sebelum pendakian, kami tidur lebih awal supaya tidak bangun kesiangan.

(Drum rolls!) Pagi hari yang cerah disambut dengan suka cita. Kami berdua sarapan terlebih dahulu. Nyam-nyam-nyam. Bobby sudah menginstruksikan supaya kami datang jam 0900 untuk mem-packing ulang carrier kami. Berhubung kami sudah melakukannya sehari sebelumnya, jadi sepertinya nggak perlu diulang (begitu pikir kami, pikiran yang kemudian ternyata harus ditangguhkan). Saya kesulitan membawa carrier saya sendiri. Sebagai informasi, carrier saya ternyata memiliki berat 25 kg! Saya sudah menimbangnya sendiri. Mengerikan! Saya selalu limbung saat membawanya. Bobby hanya tertewa melihatnya. Frankenstein dan saya kemudian disuruhnya membongkar ulang barang-bawang bawaan kami. Sebagian besar bawaan saya ternyata dibagikan ke teman-teman yang lain, sehingga total barang bawaan saya menjadi hanya 5 kg. Ohh, leganya! Tenda dome beserta kerangkanya, ransum makanan bahkan peralatan memasak ternyata dapat berpindah tempat ke carrier teman-teman yang lain. Thumbs up, Bob!

Setelah memastikan tidak ada yang ketinggalan (kalau wajan saya sengaja ditinggal), kami bersepuluh (satu orang nanti bergabung pas sampai Magelang), berfoto terlebih dahulu di depan gelanggang (thanks to Purbo) dan berdoa bersama. Perjalanan menuju Magelang pun dimulai. Selama kurang lebih 2 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di basecamp. Basecamp terletak di ketinggian sekitar 2700 mdpl. Dingin! Sesampainya disana, kami segera sholat dhuhur dan asar (dijamak) dan makan siang (telat banget makan siangnya!). Sekitar pukul 1430, Bobby mengumumkan bahwa kita harus bersiap-siap berangkat supaya sesampainya di pos 2 kami tidak kemalaman.

Bagaimana perjalanan kami menuju puncak? Apakah kami sampai hingga puncak tertinggi Merbabu? Ikuti terus kisah kami di Ekspedisi Merbabu Part 2: Perjalanan Menuju Puncak. (Ya ampun, bahasa poster film tuh!)

No comments:

Post a Comment

Hai! Silakan sharing pengalamanmu disini ya. Makasiiiiih~~~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...