Pages

Thursday 2 September 2010

Review Movie: My Name is Khan

Tiket nonton "My Name is Khan"
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan berdua adalah nonton film. Meski saya bukan termasuk movie-mania, saya menyukai menonton film, baik itu di teater ataupun film rental. Film yang kami tonton pertama bareng-bareng – tidak hanya berdua, tetapi berombongan dengan anak-anak unit yang lain – adalah My Name is Khan. Bisa dibilang itu adalah film perdana yang kami tonton dalam kisaran kencan berdua – kalau berombongan tidak bisa dibilang kencan. Hahaha! Ngomong apa sih saya. Kami menontonnya di Studio 21, Plaza Ambarukmo. Frankenstein sebelumnya memesan berlembar-lembar tiket. Dia adalah salah satu maniak film yang sangat suka beramai-ramai jalan-jalan ke mall sekedar melihat-lihat barang (istilah kerennya: window shopping). Meski tidak nyambung dengan apa yang akan saya ceritakan, tetapi kesukaannya itu ternyata berimbas cukup baik pada kesempatan kami menonton film. Singkatnya, Frankenstein dapat diandalkan sebagai pemesan karcis nonton dan nalangin tiketnya duluan. Hahaha! Ngomong gitu aja kok pake muter-muter dulu.

Baiklah, saya akan mengulangi lagi. Saya akan me-review tentang film “My Name is Khan”. Film ini berdurasi cukup panjang. Dibintangi oleh aktor kawakan India yang bernama Shahrukh Khan dan Kajol. Cukup lama juga ya, tidak melihat duet akting mereka setelah hampir 9 tahun. Perlu diketahui, film jenis ini bukan film favorit saya (dan mungkin Frankenstein). Tapi berhubung mayoritas rombongan memilih “My Name is Khan” daripada film “Percy Jackson and the Olympians the Lightning Thief” (Ya Allah, panjang aja judulnya) – huff – maka kami memilih film ini. You know, mungkin yang dicari lebih ke hang-out ramai-ramai barengnya daripada film itu sendiri!

Nah, ada satu hal yang cukup membuat saya dan Frankenstein gusar saat itu. Nah, begini ceritanya. Semua tiket dipegang sama Frankenstein. Awalnya kami (Frankenstein dan saya) ingin masuk ke teater duluan, tetapi karena kami baik hati (wuih!), jadi semua rombongan yang sudah datang kami sertakan tiket masuk. Kami sebelumnya sudah mengambil tiket terlebih dahulu (bersebelahan, hahaha!). Jadi, semua teman yang ikut nonton film hari itu, kami tunguin supaya bisa masuk ke teater. Nah, ternyata, setelah masuk, seat-nya tidak sesuai dengan yang sudah kami rencanakan. Entah disengaja ataupun tidak, kami akhirnya duduk di paling ujung kiri dan kanan. Yare-yare... tetapi mau bagaimana lagi, filmnya sudah dimulai dan saya tidak ingin membuat keributan. “Mau duduk dimanapun sama saja”, begitu pikir saya saat itu. Baiklah, mari bersama-sama menikmati film yang sudah 10 menit berjalan itu.

“My Name is Khan” menceritakan tentang seorang Muslim bernama Khan yang mengidap autis. Rizwan, begitu ia biasa dipanggil, tinggal bersama ibu dan adiknya, Zakir. Rizwan pandai memperbaiki alat-alat elektronik dan mobil. Meski autis, kemampuan kognitif Rizwan sama dengan orang normal lainnya, bahkan lebih pandai. Rizwan tidak tahu bagaimana berekspresi – poker faced – dan tidak tahu bagaimana harus beremosi. Ibu Khan bersaudara sangat menyayangi Rizwan. Zakir yang merasa nomerduakan pindah ke Amerika.


Setelah ibu Khan meninggal, Rizwan pindah ke Amerika, tinggal menumpang di tempat Zakir yang sudah beristri (Haseena). Rizwan takut dengan semua benda yang berwarna kuning, takut dengan keramaian dan takut dengan orang banyak. Disana Rizwan bekerja di perusahaan Zakir sebagai salesman kosmetika. Penjualannya tidak ramai karena Rizwan mengatakan apa adanya mengenai produk yang ia tawarkan. Sama sekali tidak ada basa basi. Rizwan jujur mengatakan semua hal tentang produk kosmetik mulai dari kebaikan hingga keburukannya (=^_^=). Sampai suatu saat, ia bertemu dengan seorang wanita Hindu yang bernama Mandira. Mandira adalah seorang penata rambut yang sudah mempunyai anak bernama Sameer (Sam). Saat itu, Mandira adalah janda. Kala bertemu di salon tempat kerja Mandira, Rizwan jatuh cinta padanya, meski tanpa ekspresi, sikap dan tingkah laku Rizwan sudah cukup menunjukkannya. Rizwan juga berterus terang bahwa ia mengidap sindrom Asperger.


Setelah melewati perjuangan berat, Rizwan dan Mandira akhirnya menikah. Hahaha! Cara Rizwan melamar Mandira sangat unik! Mereka bertiga hidup bahagia, bahkan Mandira dapat mendirikan salonnya sendiri. Keluarga Khan juga bersahabat baik dengan tetangga mereka, keluarga Garrick. Sam dekat dengan Reese, anak laki-laki di keluarga itu.


Untung tak dapat diraih, malang tak dapat dielak. Terjadilah tragedi 11 September yang kemudian mengubah semua persepsi Amerika terhadap Islam yang dianggap sebagai teroris. Tragedi ini juga mempengaruhi kehidupan keluarga Khan. Sam mulai dikucilkan oleh teman-temannya, terlebih setelah ayah Reese meninggal karena meliput berita di daerah Timur Tengah. Melalui pertengkaran dan pengeroyokan, tubuh Sam tidak dapat menahan beban luka akibat dipukuli seniornya, Reese juga ikut terlibat. Sam meninggal. Hati Mandira pecah berkeping-keping. Ia menyalahkan Rizwan: “Kenapa ia bernama Khan?”. Mandira menyatakan ia ingin berpisah dari Rizwan, sedangkan Rizwan bersikukuh mempertahankan pernikahan mereka berdua. Akhirnya, Mandira mengatakan supaya Rizwan mengatakan pada semua orang dan presiden Amerika Serikat secara langsung bahwa ia bukan teroris. Rizwan yang tidak dapat memahami sarkasme yang dilontarkan oleh Mandira, menyanggupi permintaan itu. Rizwan kemudian memulai perjalanannya ke negara bagian di Amerika untuk menyebarkan pesan bahwa ia bernama Khan dan ia bukan teroris. Bagaimanakah perjalanan Rizwan berkeliling Amerika? Siapakah yang akan Rizwan temui di perjalanannya? Apakah cinta Rizwan dan Mandira bisa bersatu kembali? Dan apakah Rizwan berhasil menyatakan secara langsung: “My name is Khan and I’m not a terorrist” pada presiden Amerika Serikat? Untuk menjawab semuanya, tontonlah film ini!


Yah, meski saya bukan penggemar film India, saya memuji film ini sebagai kategori wajib ditonton. Ceritanya menyentuh, kepala saya jadi pusing karena terlalu banyak menangis, hhe! Akting Shahrukh Khan dan Kajol outstanding. Hanya saja, penceritaannya cukup didramatisir (khas film India). Isu Islam dan autisme yang ditonjolkan pada film ini cukup membuat saya mantengin layar teater selama tiga jam. Waktu tayang yang cukup fantastis kan? Untung saya tidak ketiduran.
Setelah credit diputar, saya mendapati bahwa orang yang duduk di sebelah kanan saya juga habis menangis. Hampir semua cewek yang satu rombongan dengan saya menangis. Saya tidak tahu Frankenstein menangis atau tidak. Saya tidak bertanya dan ia tidak mengatakan apapun. Satu hal yang jelas adalah saya puas dengan film “My Name is Khan”. Saya pulang ke kos diantar oleh Frankenstein. Ehm, meski itu adalah kencan nonton pertama kami, saya tidak menyesal kok. Psst...Frankenstein mengatakan bagaimana kalau nonton rame-rame, kita duluan aja yang masuk biar bisa sebelahan. Huahaha! Good night and sleep tight. Good girl has to brush the teeth and wash the feet and also pray Isya’ before sleep.


Omake
(Wikipedia) Sindrom Asperger (bahasa Inggris: Asperger syndrome, Asperger's syndrome, Asperger's disorder, Asperger's atau AS) adalah salah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima. Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944. Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.



Ketika orang berbicara, umumnya mereka menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya, dan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka cenderung memiliki lebih dari satu buah makna. Seorang penderita sindrom Asperger memiliki kesulitan untuk memahami bentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti seperti itu, dan mereka hanya memahami apa arti kata tersebut, seperti yang ia pahami di dalam kamus. Para penderita sindrom Asperger tidak mengetahui bagaimana memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimik muka/eskpersi orang lain. Mereka juga tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu.


Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autisme. Seringnya, disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning autism". Hal ini berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya bukan seorang autis, tetapi ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari orang lain. Para dokter juga sering mengambil kesimpulan yang salah mengenai sindrom Asperger setelah mendiagnosis penderitanya, dan memvonisnya sebagai pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette atau kelainan mental lainnya.


Bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain juga sebenarnya mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh. Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger mungkin mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan kaki, yang kadang-kadang sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan grogi/nervous.


Para penderita sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan, tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail, serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannya.

No comments:

Post a Comment

Hai! Silakan sharing pengalamanmu disini ya. Makasiiiiih~~~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...