Pages

Saturday 9 April 2011

Odysseus in The Age of Mythology: Mythology Fever! Ever!



Pepper mengudara (hiat-ciak-ciat-ciaaattt!)
Semua ini bermula dari nostalgia saya dengan game trial yang pernah saya mainkan berjuta tahun yang lalu. See, trial, jadi hanya bisa maen prolognya saja. Sedihnya bukan buatan karena sejuta tahun yang lalu saya tidak tahu bagaimana meng-install game kopian pake crack. Frankenstein yang meng-install-kan buat saya. Oh, baiknya, Frankenstein... Tapi saya juga mohon maaf dan menyesal karena belum bisa beli versi ori-nya. Seperti biasa, terkait isu piracy - kami bangsa pembajak (saya tidak bangga).

Game yang saya maksudkan berjudul "The Age of Mythology", untuk selanjutnya saya singkat AoM. Game ini buatan Ensemble Studios dan didistribusikan sama Microsoft Game Studios (tak ada maksud iklan) dan bagi saya dan si Hime - notebook tua saya, game ini keren. Oh, ya, sebenarnya saya bukan gamers tulen, tapi kalo ada game yang bagi saya oke, saya mainin. Beberapa game yang masih jadi game favorit adalah Starcraft yang pertama dan Broodwar (sampai dimarahin mami karena lupa mandi, maem, waktu) dan Shasa and Lily: Curse of the Immortal (yang bagian teka-teki terakhir saya serahin pemecahannya ke Frankenstein) dan tentu saja AoM ini. Game flash lain yang size-nya kecil juga banyak yang dimainin, yang bikin mouse saya rusak adalah Insanaquarium (memang bikin insane!) dan terakhir Plants and Zombie. Ngomongin game selain AoM ntar-ntar aja ya, soalnya saya mau cerita tentang AoM.

Salah satu tokoh yang menjadi Hero di game ini adalah Odysseus. Satu hal yang membuat saya jatuh hati sama Odysseus. Kalau ada yang baca blog saya yang lain, akan langsung ketahuan penyebabnya. Yap, saya naksir sama archer ataupun sniper. Ngomongin Odysseus akan berkaitan dengan Perang Troya dan perjalanan puluhan tahunnya menuju rumahnya. Ada beberapa film yang menceritakan Odysseus, baik dia sebagai tokoh protagonis utama ataupun sampingan. Film yang dapat saya telusuri ada tokoh Odysseus-nya antara lain “Odysseus” dan “Troy”. Kalau di film “Troy”, titik berat film terletak di Achilles sedangkan “Odysseus” lebih menceritakan Odysseus (yaiya lah!). Raja Agamemnon ada di kedua film tersebut dan lebih seperti raja haus kekuasaan dan tokoh antagonis.

Informasi mengenai Odysseus versi AoM didasarkan oleh sajak epik Homer. Odysseus berusia 44 tahun dan memerintah Kerajaan Ithaca. Selain sebagai raja yang bijaksana, Odysseus juga seorang jenderal perang. Odysseus adalah salah satu juara Yunani yang menonjol saat Perang Troya (Trojan War). Tipu muslihat “Kuda Troya” adalah idenya. Siasat “Kuda Troya” dapat dilihat di kedua film yang saya sebutkan di atas. Kalo pendapat saya pribadi, “Kuda Troya” versi “Odysseus” lebih oke dibandingkan versi “Troy”. Pemeran Odysseus versi “Odysseus” juga lebih Odysseus dibandingkan Odysseus versi “Troy”, karena mungkin Odysseus versi “Troy” yang lebih ditonjolkan adalah si Achilles. Hahaha! Apakah kalian bingung membaca tulisan saya? Saya suka membuat kalian bingung dengan kalimat-kalimat ruwet. Kalau mau lebih rinci dan jelas mengetahui tentang Odysseus, film “Odysseus” lebih oke. Haha! Eia, review di bawah ini adalah gabungan antara Odysseus versi AoM, versi “Odysseus” dan versi “Troy”. Jika ada perbedaan, saya akan menambahkan catatan versi yang mana.

Ketika Agamemnon mendapuknya sebagai salah satu jenderal perang merebut Troya, ia berpamitan kepada istrinya, Penelope, disertai pesan bahwa jika ia tidak kembali, Penelope harus mencari dan memilih suami lagi. Odysseus sudah mempunyai satu anak laki-laki. Setelah memenangkan perang Troya, Odysseus kembali ke rumahnya di pulau Ithaca. Yang mengherankan, perjalanan ini memakan waktu sepuluh tahun. Penyebabnya tak lain karena Odysseus adalah manusia yang bisa berpikir dan bertindak (berikhtiar istilah kerennya). Hal ini membuat Poseidon marah sehingga Poseidon setengah mengutuk Odysseus bahwa perjalanannya tidak akan mulus dan dia akan bertemu banyak halangan. Odysseus bersama krunya melakukan banyak perjalanan (via laut) dan bertemu banyak ketidakberuntungan, beberapa memang karena kesalahan dirinya dan krunya dan beberapa memang karena – terima kasih – adanya campur tangan dewa. Ada satu peristiwa mereka terjebak dalam kabut selama berminggu-minggu dan ketika tampak daratan membentang, Odysseus dan krunya mendarat mencari makanan dan akomodasi lain untuk perjalanan selanjutnya.

Tak diketahui siapa pemilik gunungan keju dan hamparan kulit binatang yang hangat, kru yang lapar mata dan lapar perut langsung mengambil tanpa izin. Salah satu kru yang mencari kayu bakar menemukan tapak kaki yang luar biasa ukurannya dan seketika ia menyadari dimana mereka mendarat. Odysseus dan krunya mendarat di pulau yang dihuni Cyclops (hiii!!!). Cyclops ini bernama Polyphemus yang gemar menggembala kambing dan makan keju (dan manusia). Melihat Odysseus dan krunya yang tampaknya lezat, Polyphemus menahan mereka selama beberapa hari. Odysseus merencanakan kabur dengan cara membutakan mata si cyclops. Polyphemus sebelumnya berhasil dibuat mabuk oleh Odysseus dengan anggur yang dibawanya. Dengan kayu panjang yang diserut runcing, Odysseus mencolok mata cyclops yang kemudian terbangun geragapan. Si cyclops kemudian panik dan kebingungan dan buru-buru membuka pintu gua yang berat karena keadaan tiba-tiba gelap (bagi Polyphemus). Odysseus dan krunya pontang-panting berlarian keluar dari gua menuju kapalnya tertambat. By the way, entah kenapa, kapal Odysseus mirip dengan kapalnya si Jason – kapal Argo. Hmm...Oh, tapi itu cerita lain di kesempatan yang lain saja ya...

Ketika tali penambat sudah dilepaskan, Odysseus mengatakan supaya jangan menyalahkannya, tetapi salahkan Poseidon yang membuat Odysseus terpaksa melakukannya. Polyphemus sempat mengetahui nama pelaku yang membutakan matanya sehingga meminta kakaknya, Poseidon untuk membalaskan dendamnya. Yep, si cyclops itu punya kakak yang bernama Poseidon. Ya ampun, saya mengulanginya. Tak ayal lagi, kamarahan Poseidon berubah menjadi kemurkaan.

Odysseus harus mengalami cobaan seperti tsunami yang menenggelamkan kapalnya dan juga krunya, lubang menganga di tengah laut yang menelan apapun di atasnya, serangan Scylla – monster laut yang berkepala lima, godaan dari Calypso – dewi yang mempunyai kerajaan di tengah laut dan pelayan yang semuanya wanita, seduksi dari Circe – seorang sorceres yang mengubah anak buah Odysseus menjadi binatang-binatang hutan. Kalau di versi AoM, semua anak buah Odysseus dan dirinya sendiri diubah menjadi babi. Huahaha! Satu chapter game yang menyenangkan. Namanya juga penyihir...Circe yang menahan Odysseus dan krunya, memberinya kebahagiaan semu. Ketika Odysseus mengatakan bahwa sudah saatnya ia berpamitan dan melanjutkan perjalanannya kembali, Circe hanya tertawa. “Sudah lima hari aku disini”, kata Odysseus. “Lima hari?”, timpal Circe setengah geli, “...kau sudah sepuluh tahun disini”, lanjutnya enteng. Mendengar fakta mengejutkan ini, Odysseus – terima kasih masih mempunyai kewarasan otak – segera kembali ke kapalnya dengan para krunya. Yare-yare...

Perjalanan Odysseus pulang ke Ithaca selalu mendapat kemalangan dari Poseidon, tetapi bantuan dari Zeus dan Athena setidaknya membuatnya bertahan. Mengenai kisah Odysseus dengan Penelope? Oh-oh-oh, saya tidak mau membocorkannya di review ini. Sangat menyentuh pada akhirnya. Saya merekomendasikan menonton sendiri “Odysseus” untuk tahu lebih detailnya. Setidaknya, film ini yang paling mendekati dengan sajak epik Homer. Eia, satu hal, saya juga berterima kasih pada Frankenstein yang berbaik hati mencarikan film ini dan menemukannya. Arigatou, Frankenstein. Dot-dot-dot auaaak...

No comments:

Post a Comment

Hai! Silakan sharing pengalamanmu disini ya. Makasiiiiih~~~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...