Konnichiwa, hello, everyone.
Tes-tes-tes... one two and three. Eto, terima kasih atas kesempatannya, saya diperkenankan untuk yang menjadi pertama kali mengisi postingan kali ini. Hhe.
Nah, kali ini, saya ingin ngomongin tentang pantai Parangtritis.
Semua ini berawal dari kekurangkerjaan kami berdua ingin melihat matahari terbit (atau istilah jawanya: sunrise) di pantai Parangtritis. Alhasil, kami berdua merencanakan semalam sebelumnya (asli mendadak banget!) mau pergi bermain ke pantai. Karena pantai di daerah selatan pulau Jawa termasuk banyak, membentang dari timur ke barat, maka untuk permulaan, kami berkunjung ke pantai Parangtritis terlebih dahulu. Hha! Pendahuluannya terlalu bertele-tele, tapi bertahanlah untuk membacanya yaa~~ Hhi!
Pantai-pantai di selatan pulau Jawa mempunyai
karakteristik berpasir, dan biasanya pasirnya makin ke timur makin
putih. Sebagai contoh, pantai Parangtritis pasirnya lebih gelap
dibandingkan dengan pantai Kukup (yang notabene letak pantai Kukup lebih
timur dibandingkan dengan pantai Parangtritis). Psst... tapi sebenarnya
info ini saya dapatkan dari Frankenstein, jadi ya mungkin tidak terlalu
valid. Hhe!
Hmm, jadi diputuskanlah kami berdua akan melihat
matahari pagi di Parangtritis. Pagi hari sekitar 05.00 setelah sholat
subuh, saya memacu motor saya menghampiri Frankenstein. Semalam
sebelumnya, saya mengingatkan Frankenstein supaya bangun tepat waktu
sehingga kami tidak terlambat. Frankenstein mempunyai kebiasaan bangun
terlambat. Tapi syukurlah, hari itu, ia menjaga janjinya. Yokatta! Kami
membawa perlengkapan secukupnya: minuman dan makanan kecil. Kami tidak
membawa baju ganti karena tidak bermaksud untuk mandi-mandi di pantai.
Eia, kami juga belum mandi pagi. Hha!
Perjalanan ke Parangtritis
memakan waktu kira-kira satu jam. Rute perjalanannya: dari arah UGM
terus ke arah selatan melewati jalan Parangtritis, terus lurus-lurus dan
lurus nyampe Parangtritis. Sama sekali tidak begitu sulit. Papan
petunjuk arah juga sangat membantu perjalanan kami. Eia, karena ini
pertama kalinya saya bermain ke pantai, jadi saat itu saya tidak memakai
masker yang berakibat muka saya ketabrak-tabrak hewan-hewan yang masih
beterbangan, meski ada beberapa juga yang terpaksa tewas tertumbuk kaca
helm saya. Oh, maafkan saya...
Sesampainya di pantai, suasananya
masih sepi. Udaranya bersih dan beraroma garam. Setelah menitipkan
motor, saya menghambur berlari sambil berteriak, “LLAA---UUUT!!!”. Saya
terus terang jarang sekali bermain ke pantai (tempat lain juga siy!).
Saya berlari ke arah laut dan melepas sandal saya. Pasirnya menempel
ringan di telapak kaki saya. Frankenstein mengikuti dari belakang.
Airnya, wuiihh,,,dingiiiiiin. Pantai Parangtritis bukan pantai pelabuhan
jadi jangan mengharapkan kapal berlayar di pantai ini. Kalau mau
melihat kapal, tengoklah pantai utara pulau Jawa. Sebagai info, selagi
saya menulis curhatan ini, saya mendapatkan pengetahuan dari diskusi
dengan teman geologi. Jawabannya cukup memuaskan. Pertanyaan yang saya
ajukan tidak istimewa, diantaranya mengapa di pantai selatan pulau Jawa
tidak ada pelabuhan, apa perbedaan samudera dengan laut, dan mengapa
gempa sering terjadi di daerah selatan pulau Jawa.
Baiklah kita
teruskan lagi ya...hmm...sekitar jam 7, matahari mulai merangkak naik.
Jangan heran ya, kalau lihat sunrise-nya jam 7 pagi. Kenapa? Karena di
pantai ini terdapat sebuah bukit yang letaknya di timur. Jadi sinar
matahari tidak akan mencapai pantai Parangtritis tanpa melewati bukit
itu. Mataharinya cantik loh! Pasir pantai Parangtritis berwarna
kecoklatan. Banyak kepiting dan hewan-hewan laut lainnya yang
keluar-masuk dari pasir.
|
It's me with my creepy smile ^_^;; Yeah, I'm not photogenic >_<. |
|
Ombaknya relatif teratur. Setelah puas berfoto, melompat-lompat, bermain air, berjalan-jalan, dan tertawa-tawa sampai gigi kering, kami bebersih di kamar mandi umum di sekitar pantai. Yang namanya pantai Parangtritis itu memang bikin lengket kulit (semua pantai yang bergaram kayaknya). Kulit seluruhnya minta dibilas buat menghilangkan garam dan pasir yang menempel-nempel. Eia, sempat ada kejadian, waktu itu ombaknya sempat naik jauh, tas yang saya tinggalkan begitu saja, tergebyur air. Waaaa!! Organizer dan barang-barang saya yang lainnya ikut basah. Ckckck...untung hape ada di kantung plastik, jadi selamat. Coba misalnya hape langsung di dalam tas, langsung berkarat tuh, hiiii!!!
Gambarnya digabung jadi saya tampak kayak semi-transparan gitu hihihi...Perbedaan kecerahan antara foto kanan dan kiri juga rada kontras, seperti melihat siang dan malam lewat satelit luar angkasa.
Pantai Parangtritis kurang terawat dari segi sarana prasarana. Gubug-gubug tempat jualan makanan dan minuman yang sudah tidak dipakai tidak dirombak atau dibersihkan. Tempat duduk yang biasanya digunakan untuk bercengkrama juga tidak terawat. Larangan untuk mandi-mandi di pantai letaknya kurang strategis dan kuantitasnya belum memadai. Satu permasalahan klasik lainnya adalah kurang terjaganya kebersihan dan keindahan pantai. Banyak sekali sampah yang terdampar ataupun sengaja dibuang oleh manusia (pengunjung pantai). Padahal, kalau diperhatikan lagi, pantai itu bukan digunakan oleh manusia saja, tetapi juga hewan-hewan laut yang lain, yang berumah di bawah pasir. Yak! Semoga pengunjung pantai selanjutnya lebih peduli dengan sekitar mereka atau minimal tidak menambah kotor dan berantakan pantai. Mari bersahabat dengan alam!